Home Kumpulan Puisi 999 Puisi Tentang Alam Singkat, Pegunungan, Semesta, Cinta, Anak dan Alam Ciptaan Allah SWT. 999 Puisi Tentang Alam Singkat, Pegunungan, Semesta, Cinta, Anak dan Alam Ciptaan Allah SWT hamparan keindahan yang menghias tanah airku. Inilah Indonesiaku, tanah kebanggaan hingga maut mengakhiri perpisahan Previous post Simak contoh puisi cinta Tanah Air berikut ini, yuk! Ada banyak puisi bertema kebangsaan, seperti puisi pahlawan, puisi kemerdekaan , hingga puisi cinta Tanah Air. Puisi cinta Tanah Air adalah puisi yang mengangkat tema tentang rasa cinta terhadap seluruh bumi Indonesia terdiri dari darat dan lautan. Kali ini Popmama.com akan merangkum kumpulan puisi cinta karya Chairil Anwar . 1. Senja di pelabuhan kecil. Pixabay/mohamed_hassan. Kepada Sri Ayati. Ini kali tidak ada yang mencari cinta. di antara gudang, rumah tua, pada cerita. tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut. Puisipendek cinta tanah air Puisi pendek dan singkat 1.Belajar Belajar..belajar..belajar Setiap hari wajib belajar Di rumah Disekolah Di tempat mengaji Dimanapun harus belajar Ayah menyuruhku belajar Ibu menyuruhku belajar Nenk menyuruhku belajar Kakek menyuruhku belajar Belajar belajar belajar Kapankah usai Kuteringat pesan ibu guru Karya sastra puisi ini sudah menggema di tanah air sejak angkatan Pujangga Lama hingga angkatan 1990-an. Karya-karya puisi yang tercipta bukan hanya sekedar baris kalimat tanpa arti. Lewat puisi inilah banyak seruan-seruan yang sungguh berarti, mulai melawan penjajah, mengkritik ketidakadilan, hingga soal kisah kasih. cN7Ow. Puisi TANAH AIR Karya Muhammad Yamin Tanah Air Di atas batasan Bukit Barisan Memandang beta ke bawah memandang Tampaklah hutan rimba dan ngarai Lagipun sawah, telaga nan permai Serta gerangan lihatlah pula Langit yang hijau bertukar warna Oleh pucuk daun kelapa; Itulah tanah, tanah airku Sumatera namanya tumpah darahku. Indah alam warna pualam Tempat moyangku nyawa tertumpang; Walau berabad sudah lampau Menutupi Andalas di waktu nan silau Masih kubaca di segenap mejan Segala kebaktian seluruh zaman, Serta perbuatan yang mulia-hartawan Nan ditanam segala ninikku Dikorong kampung hak milikku. Rindu di gunung duduk bermenung Terkenangkan masa yang sudah lindang; Sesudah melihat pandang dan tilik Timur dan Barat, hilir dan mudik, Teringatlah pulau tempat terdidik Dilumuri darah bertitik-titik, Semasa pulai berpangkat naik O, Bangsaku, selagi tenaga Nan dipintanya berkenan juga. Gunung dan bukit bukan sedikit Melengkung di taman bergelung-gelung Memagari daratan beberapa lembah; Di sanalah penduduk tegak dan rebah Sejak beliung dapat merambah Sampai ke zaman sudah berubah Sabas Andalas, bunga bergubah Mari kujunjung, mari kusembah Hatiku sedikit haram berubah! Anak Perca kalbunya cuaca Apabila terkenang waktu nan hilang, Karena kami anak Andalas Sejak dahulu sampai ke atas Akan seia sehidup semati Sekata sekumpul seikat sehati Senyawa sebadan sungguh sejati Baik di dalam bersuka raya Ataupun diserang bala bahaya. Hilang bangsa bergantikan bangsa Luput masa timbullah masa… Demikianlah pulauku mengikutkan sejarah Sajak dunia mula tersimbah Sampai ke zaman bagus dan indah Atau tenggelam bersama ke lembah Menyerikan cahaya penuh dan limpah. Tetapi Andalas di zaman nan tiba Itu bergantung ke tuan dan hamba. Awal berawal semula asal Kami serikat berpagarkan adat, Tapi pulauku yang mulia raya Serta Subur, tanahnya kaya Mari kupagar serta kubilai Dengan Kemegahan sorak semarai Lagi ketinggian berbagai nilai, Karena di sanalah darahku tertumpah Serta kupinta berkalangkan tanah. Yakin pendapat akan sepakat Akibat Barisan manik seikat; Baikpun hampir jauh dan dekat, Lamun pulauku mari kuangkat Dengan tenaga kata mufakat Karena, bangsaku, asal’lai serikat Mana yang jauh rasakan dekat Waktu yang panjang rasakan singkat, Dan Kemegahan tinggi tentu ditingkat. O, tanah, wahai pulauku Tempat bahasa mengikat bangsa, Kuingat di hati siang dan malam Sampai semangatku suram dan silam; Jikalau Sumatera tanah mulia Meminta kurban bagi bersama Terbukalah hatiku badanku reda Memberikan kurban segala tenaga, Berbarang dua kuunjukkan tiga Elok pemandangan ke sana Barisan Ke pihak Timur pantai nan kabur, Sela bersela tamasa nan ramai Diselangi sungai yang amat permai Dengan lambatnya seperti tak’kan sampai Menghalirlah ia hendak mencapai Jauh di sana teluk yang lampai; Di mana dataran sudah dibilai Tinggallah emas tiada ternilai. Tanah Pasundan, 9 Desember 1922Analisis PuisiBeberapa hal menarik dari puisi "Tanah Air" karya Muhammad Yamin adalahPenggambaran keindahan alam Sumatera Puisi ini menggambarkan keindahan alam Sumatera, seperti hutan rimba, ngarai, sawah, dan telaga yang indah. Penyair juga menggambarkan langit yang hijau karena pucuk daun kelapa, menciptakan gambaran alam yang terhadap sejarah dan budaya Puisi ini mengandung penghargaan terhadap sejarah dan budaya Sumatera. Penyair menyebutkan kebaktian seluruh zaman dan perbuatan mulia yang ditanamkan oleh ninik-ninik, menunjukkan penghargaan terhadap warisan dan nilai-nilai luhur yang kebangsaan dan persatuan Puisi ini mengungkapkan rasa cinta dan kebanggaan terhadap tanah air. Penyair menekankan persatuan dan kesatuan bangsa dengan menyebutkan seia sehidup semati, seikat sehati, dan senyawa sebadan. Hal ini menunjukkan semangat untuk hidup bersama dan menghadapi segala perubahan dan untuk bersatu dalam mufakat Penyair mengajak untuk bersatu dalam kata mufakat, menghargai perbedaan jarak dan waktu, serta meningkatkan kebesaran dan keagungan bangsa. Puisi ini menggambarkan harapan akan persatuan dan kemajuan Sumatera melalui kerjasama dan kesepakatan dan dedikasi Puisi ini mengekspresikan semangat pengorbanan dan dedikasi untuk tanah air. Penyair menyebutkan pengorbanan kurban segala tenaga dan memberikan upaya terbaik bagi "Tanah Air" menggambarkan keindahan alam Sumatera, penghargaan terhadap sejarah dan budaya, serta semangat kebangsaan dan persatuan. Puisi ini juga menekankan pentingnya pengorbanan dan dedikasi dalam memajukan tanah Tanah AirKarya Muhammad YaminBiodata Muhammad YaminMuhammad Yamin lahir pada tanggal 24 Agustus 1903 di Talawi, Sawahlunto, Sumatra Yamin meninggal dunia pada tanggal 17 Oktober 1962 di Jakarta dimakamkan di Talawi, Sawahlunto, Sumatra Barat.

puisi cinta tanah air singkat